PENGARUH LINGKUNGAN FISIK KANTOR
BAGI KINERJA PEGAWAI
Fena Cyntia Putri
155211008
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jalan Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Ciwaruga, Perompong,
Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat 40012, Indonesia
ABSTRACT
Manusia
dilahirkan untuk menjadi makhluk sosial, tidak hanya membutuhkan sesama
manusia, tetapi manusia juga membutuhkan lingkungan yang baik dengan tujuan
dapat melanjutkan kegiatan dengan baik pula. Lingkungan sekitar, terutama
lingkungan fisik dapat mempengaruhi kinerja manusia pada umumnya. Dalam hal
bekerja tentunya ini akan menjadi faktor yang penting karena akan mempengaruhi
tingkat produktivitas dari para pegawai itu sendiri. Dengan tingkat
produktivitas yang tinggi, akan berdampak pada kemajuan suatu organisasi.
Seperti pencahayaan, interior dari kantor itu sendiri, ventilasi, ergonomik,
corak gedung, udara, suara, dan keamanan haruslah sesuai dengan takarannya
masing-masing, karena jika suatu faktor terlalu berlebihan atau terlalu
kekurangan akan menimbulkan kesan tak nyaman oleh pegawai maupun tamu yang
berkunjung. Tema yang akan dibahas di dalam jurnal ini adalah mengenai analisis
lingkungan fisik kantor Kepegawaian dan Umum di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. Metode yang dilakukan dalam menyusun jurnal ini adalah studi
kepustakaan, diharapkan pembaca akan mendapat manfaat setelah membaca jurnal
ini, terutama mengenai lingkungan fisik kantor.
Keywords : manusia, lingkungan, kantor, dampak
Humans are born to be social beings, not only need a human
being, but humans also need a good environment in order to continue their
activity. The surrounding environment, especially the physical environment can
affect human performance in general. In terms of work, of course, this will be
an important factor because it will affect the level of productivity of the
employees themselves. With a high level of productivity, will have an impact on
the progress of an organization. As the lighting, the interior of the office
itself, ventilation, ergonomics, building style, air, sound, and security must
be in accordance with the doses of each, because if a factor is too excessive
or too short will cause the impression uncomfortable by employees and guests
who visit . The theme that will be discussed in this journal is about the
analysis of the physical environment of the Office of Personnel and General in
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. The method used in preparing this journal
is literature study, it is expected that readers will get the benefit after
reading this journal, especially regarding the physical environment of the
office.
Keywords: environment, productivity, human, office
PENDAHULUAN
Sebagian pegawai
kantor menghabiskan waktunya di dalam kantor, oleh karena itu lingkungan fisik
kantor sangatlah penting untuk kelangsungan kinerja para pegawai. Lingkungan
yang buruk akan berdampak buruk pula terhadap kinerja para pegawai, akan sangat
merugikan bagi suatu organisasi jika kinerja para pegawai tidak memuaskan atau
tidak seperti yang diharapkan. Maka dengan itu tentunya pegawai menginginkan
lingkungan kantor yang baik.
Menurut
St. Munajat Danusaputra, Lingkungan adalah meliputi semua benda dan kondisi
yang termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang
di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad hidup lainnya. (Darsono, 1995), sedangkan lingkungan kerja
fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepada para
pekerja, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan,
musik dan lain-lain (Alex. S. Nitisemito, 2002 : 183).
Berdasarkan
definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa lingkungan kerja fisik merupakan
segala sesuatu yang ada di sekitar para karyawan dalam bekerja yang tentunya
mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja
dalam suatu organisasi merupakan hal sangatlah penting, dalam hal ini
diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja
fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi.
METODE PENULISAN
Dalam
penulisan jurnal ini, penulis menggunakan metode studi pustaka yaitu kajian
tertulis dan teoritis yang berasal dari referesnsi buku-buku, catatan, serta
berbagai laporan atau jurnal yang berkaitan dengan masalah atau tema yang ingin
dipecahkan dalam jurnal ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika
produktivitas para pegawai tinggi akan berdampak baik pada kelangsungan
jalannya suatu organisasi dan itu adalah harapan para petinggi dalam organisasi
jika organisasinya berjalan dengan lancar. Sterk (2005) telah melakukan
penelitian yang mengatakan bahwa 83% pegawai menginginkan temperatur dan
pencayahaan yang tepat, area kantor yang tidak bising dan juga nyaman
ditempati. Berikut adalah chart mengenai lingkungan kerja yang diharapkan dalam
penelitian Sterk :
Lingkungan Kantor yang Sehat
Lingkungan
kantor akan mempengaruhi fisik dan psikologi para pegawai, maka dari itu
seorang Manajer memiliki peran yang penting untuk menciptakan lingkungan kantor
yang sehat dan nyaman ditempati oleh para pegawai ketika saat melakukan
pekerjaan. Lingkungan yang baik tentunya haruslah ergonomik, seorang Manajer
khususnya untuk Manajer Administrasi perlu untuk mempelajari ilmu ergonomik
dalam usaha untuk menciptakan lingkungan kantor yang sehat.
Menurut Kamus Oxford, ergonomik
didefinisikan sebagai ilmu yang khususnya mempelajari efisiensi seseorang pada
lingkungan kerjanya. Dengan ilmu ergonomik, manajer dapat memastikan apakah
peralatan, tugas, maupun lingkungan kantor sudah digunakan secara optimal dalam
menyelesaikan tugas. Kasusnya, jika terdapat pegawai yang sering terlambat atau
tidak masuk kerja dikhawatirkan karena pegawai tersebut merasa lingkungan
kantornya kurang ergonomik. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Chao,
Schwarts, Milton, Burge (2003) bahwa lingkungan kantor yang kurang baik akan
menurunkan tingkat moral maupun produktivitas para pegawai.
Sistem Pencahayaan/Penerangan
Pencahayaan menjadi aspek yang
sangat penting dalam lingkungan fisik kantor karena akan mempengaruhi kondisi
fisik dan psikologis dari para pegawai/karyawan. Jika berbicara mengenai fisik,
pencahayaan yang kurang memadai akan membuat para karyawan merasakan kelelahan
akibat dari ketegangan mata yang berlebihan. Sedangkan secara psikologis,
pencahayaan yang kurang memadai akan menyebabkan hilangnya semangat bekerja dan
pada akhirnya menyebabkan turunnya kualitas pegawai dalam bekerja.
Menurut Prabu dalam Sabir (2013),
ada sekitar 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu sebagai berikut:
1.
Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada
sistem pencahayaan langsung, 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda-benda
yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai sebagai sistem yang paling efektif dalam
mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena bisa menimbulkan bahaya
dan juga kesilauan yang mengganggu. Untuk efek pencahayaan yang optimal,
disarankan untuk langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan
perlu untuk diberi warna yang cerah agar tampak menyegarkan.
2.
Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)
Pada
sistem pencahayaan semi langsung, 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada
benda-benda yang perlu diterangi, tetapi sisanya akan dipantulkan ke
langit-langit dan dinding. Dengan menggunakan sistem ini, kelemahan dari sistem
pencahayaan langsung dapat dikurangi.
3.
Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada
sistem pencahayaan difus, setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda-benda
yang perlu disinari, tetapi sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Sistem
ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke
bawah sedangkan sisanya akan keatas. Pada sistem ini, masalah bayangan dan
kesilauan masih ditemui.
4. Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi
indirect lighting)
Pada
sistem pencahayaan semi tidak langsung, 60%-90% cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding bagian atas, lalu sisanya diarahkan ke bagian bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal sangat disarankan untuk langit-langit
perlu diberikan perhatian serta mendapatkan perawatan yang baik. Pada sistem
ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5.
Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada
sistem pencahayaan tidak langsung 90%-100% cahaya diarahkan pada langit-langit dan
dinding bagian atas lalu cahaya akan dipantulkan untuk menerangi seluruh
ruangan. Keuntungan menggunakan sistem ini ialah tidak timbul bayangan dan kesilauan.
Dalam buku Modern
Office Management, C.L. Littlefield dan R.L. Peterson menyebutkan beberapa
keuntungan dari sistem penerangan yang baik, yaitu
a.
Naiknya
produktivitas pegawai
Memang sulit untuk dibuktikan bahwa penerangan dapat
membawa produktivitas pegawai menjadi lebih baik, namun dilihat dari pengalaman
penulis dapat dirasakan bahwa jika penerangan itu bagus, maka produktivitas
pekerjaan itu akan naik dengan sendirinya. Dan juga dilihat dari
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh ribuan pekerja di Amerika
Serikat, setelah modernisasi penerangan dapat dilihat bahwa itu dapat menjadi
bukti penerangan membawa dampak bagi produktivits para pekerja.
b.
Kualitas
kerja yang bagus
Jika pencahayaan dalam sebuah kantor/lokasi usaha
baik, maka kesalahan dalam bekerja akan berkurang, pencahayaan yang akan sangat
membantu dalam memperbaiki ketelitian dan kerapihan. Jika pencahayaan dinilai
kurang baik, maka akan membuat mata cepat lelah dan tentunya itu akan berdampak
pada kualitas dari hasil pekerjaan itu sendiri.
c.
Dapat
mengurasi ketegangan mata dan kelelahan
Pencahayaan yang kurang baik juga akan mengakibatkan
ketegangan mata, jika terus seperti itu maka akan bedampak kepada kesehatan
mata. Dan banyak tenaga yang harus dikeluarkan jika pencahayaan dinilai kurang
baik, itu akan membuat para pegawai kelelahan.
d.
Pegawai
akan lebih semangat
Dengan penerangan yang baik, maka para pegawai akan
merasa bahwa perusahaan menaruh perhatian kepara mereka. Itu akan berakibat
para pegawai senang lalu pastinya berdampak juga pada produktivitas para pegawai.
e.
Perusahaan
akan mendapat prestise yang lebih baik
Bayangkan jika para pelanggan atau tamu datang
tetapi dihadapkan dengan penerangan yang buruk, itu akan sangat berpengaruh
pada citra perusahaan. Dengan memberikan penerangan yang bagus, maka perusahaan
akan mendapatkan kesan yang baik.
Berikut adalah tabel mengenai tingkat pencahayaan
lingkungan kerja:
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No.
1405/MENKES/SK/XI/200
Warna
Warna memiliki pengaruh yang penting,
karena warna mewakili dari pikiran, pengertian, citra, dan perasaan perusahaan.
Ada beberapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan orang, bahkan dapat juga
mempengaruhi tekanan darah dan syaraf seseorang.
Warna jingga, kuning, dan merah,
warna-warna cerah ini memiliki pengaruh dapat memberikan kehangatan, perasaan
senang dan gembira. Ada juga dalam warna biru, hijau atau ungu dapat memberikan
ketenangan.
Warna memiliki pengaruh yang penting
juga terhadap penerangan, warna muda akan menambah penerangan dalam suatu
ruangan, sedangankan warna yang gelap akan menyerap sinar penerangan tersebut.
Berikut adalah daftar warna dan efek
psikisnya terhadap para karyawan
(Nuraida: 2008)
Berikut
adalah beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pemilihan
warna di kantor (Quible,2001), yaitu sebagai berikut:
1.
Kombinasi Warna.
Kombinasi
dari warna primer seperti kuning, merah, dan biru akan menghasilkan warna
sekunder. Sebagai contoh, dengan mencampur merah&kuning akan menghasilkan
warna oranye, mencampur kuning&biru akan menghasilkan warna hijau, dan
mencampur merah&biru akan menghasilkan warna violet. Sedangkan warna
tersier dihasilkan dengan mencampur warna primer dan sekunder. Warna tersier
dapat meliputi kuning oranye, biru violet, kuning hijau, dan sebagainya. Berikut
adalah beberapa pilihan koordinasi warna yang dapat digunakan dalam kantor
yaitu:
·
Warna komplementer, misalnya, merah,
kuning violet, hijau dan biru oranye.
·
Warna split komplenter, misalnya
biru hijau dan biru violet adalah warna split komplementer dari warna oranye.
·
Warna triad tiga warna, warna triad
adalah oranye, hijau, violet, atau kuning oranye, merah violet, dan biru hijau.
2.
Efek Cahaya pada Warna.
Sistem
pencahayaan yang digunakan dalam kantor akan memiliki efek signifikan terhadap
pilihan warna. Sumber cahaya akan meningkatkan warna yang sesuai dengan spektrumnya.
Sebagai contoh, cahaya fluorescent biasanya tidak dapat memberikan warna yang
sebagaimana mestinya untuk warna oranye dan warna merah, karena kebanyakan
tabung fluorescent tidak terdiri dari dua warna ini., tetapi sebaliknya, cahaya
incandescent tidak meningkatkan warna ungu dan biru, meskipun cahaya
fluorescent memantulkannya.
3.
Nilai Pemantulan Warna.
Beberapa
warna memiliki nilai pemantulan yang berbeda. Sebagai contohnya, warna yang
lebih terang akan memantulkan persentase cahaya yang lebih besar daripada warna
yang gelap. Beberapa area dalam kantor membutuhkan nilai pemantulan warna yang
lebih terang dibandingkan area kantor yang lain. -
4.
Dampak dari Warna.
Warna
sering kali dapat mempengaruhi mood
seseorang. Warna yang sejuk seperti biru, hijau, dan violet akan menghasilkan
mood yang tenang tetapi dapat juga menghasilkan mood yang melelahkan. Warna
yang hangat seperti merah, oranye, dan kuning akan menghasilkan keceriaan dan
kehangatan. Warna-warna yang natural seperti warna putih dan warna lembut
lainnya akan memberikan pengaruh yang ringan, sedangkan warna ungu yang gelap
dan violet pucat sering menghasilkan mood yang bersifat negative, seperti
depresi, sementara abu-abu cenderung memiliki efek rasa kantuk bagi para
pegawainya
Suara
Suara/kebisingan
merupakan salah satu dari beberapa faktor lingkungan fisik yang harus
dipertimbangkan. Ketika tingkat kebisingan mencapai level yang tidak
diinginkan, maka akan berdampak pada keadaan fisik dan psikologi. Sebagai
contoh, dengan terus mendengar suara mesin yang mempunyai tingkat kebisingan
yang tinggi akan menyebabkan gangguan pendengan sementara atau permanen. Tingkat
kebisingan yang tinggi juga akan mengakibatkan tingginya tekanan darah.
Desibel yang merupakan satuan ukuran suara, adalah perubahan suara terkecil
yang terdeteksi oleh telinga manusia. Suara tersamar yang dapat dideteksi oleh telinga manusia adalah nol desibel, suara
lain yang memiliki intensitas lebih tinggi memiliki nilai desibel yang lebih
tinggi dari nilai nol. Tingkat maksimal desibel yang diperbolehkan di kantor
adalah 90, tetapi tingkat desibel 50 lebih diutamakan. Tingkat desibel yang
lebih 120 atau lebih tinggi lagi dapat menyebabkan
gangguan pendengaran.
Tingkat
kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan dampak yang negatif. Secara umum dampak
kebisingan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a.
Dampak kebisingan dengan intensitas
tinggi
·
Dapat terjadinya
gangguan pendengaran dan juga dapat menyebabkan penurunan daya dengar.
·
Secara fisiologi, kebisingan dapat
juga menyebabkan gangguan kesehatan seperti: resiko serangan jantung,
meningkatnya tekanan darah dan tekanan jantung, dan gangguan pencernaan.
b.
Dampak kebisingan dengan intensitas
rendah
·
Penurunan qualitas performance
kerja, yang dapat menimbulkan kurangnya efisiensi dan produktivitas kerja.
·
Menyebabkan stress, kelelahan dini,
kegelisahan, depresi, gangguan tidur dan gangguan kesehatan lainnya.
·
Kehilangan konsentrasi.
·
Tinnitus yaitu bunyi denging di
telinga yang sering muncul tiba-tiba.
Untuk
mengurangi kebisiangan dapat dilakukan dengan memodifikasi mesin atau
mereparasinya, dan juga dapat dengan menempatkan peredam suara pada sumber
getaran. Tetapi alternatif ini memerlukan penelitian intensif terlebih dahulu
dan umumnya memerlukan biaya yang tinggi. Sedangkan untuk pengurangan
kebisingan pada media transmisi dapat dilakukan dengan memberi pembatas atau
sekat antara mesin dan tempat para pekerja. Selain itu, cara lain untuk
mengurasi kebisingan yaitu dengan menambah atau melapisi dinding, plafon, dan
lantai dengan bahan yang dapat menyerap suara, seperti busa, ijuk, dll.
Ventilasi dan Suhu Udara
Ventilasi berperan untuk mengatur
sirkulasi udara di sebuah ruangan. Selain ventilasi pengaturan sirkulasi udara
dapat menggunakan AC (Aic Conditioner).
Ventilasi tentunya sangat penting dalam lingkungan fisik sebuah kantor atau lokasi
usaha, karena akan sangat merugikan jika dirasa udara dalam sebuah ruangan
sesak.
Suhu udara yang direkomendasikan dalam
sebuah ruangan adalah 20°C-30°C, AC
juga dapat membantu mengatur suhu udara dalam ruangan. Suhu yang baik juga akan
menambah produktivitas para pegawai. Dalam penelitian menyebutkan jika sebuah
kantor atau lokasi usaha diberikan AC, maka keuntungan akan naik sebesar 20%.
Menurut
NASA, yang telah mempublikasikan penelitiannya mengenai pengaruh udara terhadap
kinerja para operator dikantornya yang menyebabkan berkurangnya kinerja dan
kemampuan focus para pegawai menunjukkan beberapa hasil yaitu:- Pada suhu 26° Celcius, para operator membuat kesalahan sebanyak 5 kali dalam satu jam dan 19 kali kesalahan setelah 3 jam
- Pada suhu 32° Celcius, para operator membuat 9 kali kesalahan per jam dan 27 kali kesalahan setelah 3 jam.
- Pada suhu 35° Celcius, para operator membuat 60 kali kesalahan per jam dan 138 kali kesalahan setelah 3 jam.
Walaupun
kesalahan-kesalahan operator tidak terlalu signifikan, namun lingkungan kantor
dengan suhu yang panas akan menghasilkan kesalahan yang setara dengan jenis
pekerjaan sejenis.
Dari
hasil penelitian NASA diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ruangan kerja para
pegawai harus dibuat senyaman mungkin agar para pegawai juga dapat
menyelesaikan tugasnya dengan maksimal dan tanpa kesalahan. Untuk menentukan
suhu ruangan yang pas untuk semua pegawai, memang tidaklah mudah karena semua
itu bergantung pada kondisi tubuh masing-masing para pegawai yang bekerja di ruangan
tersebut. Tetapi paling tidak, pihak perusahaan dapat melakukan beberapa
percobaan dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui suhu ruangan yang paling
pas agar para pegawai di ruangan tersebut dapat berkerja secara maksimal.
Musik
Musik dipercaya memberikan pengaruh baik
bagi para pegawai, karena musik para pengawai dapat memperbaiki kondisi
pekerjaan, menghilangkan ketegangan dan kelelahan. Musik juga telah menunjukkan
pengaruh yang baik dalam hubungan antara pegawai dan atasan.
Menurut Dr. Amit Sood, dokter pengobatan
integratif Mayo Clinic, mengatakan bahwa suara melodi dapat membantu mendorong
pelepasan zat kimia dopamine di area otak. Pelepasan dopamine itu
seperti yang terjadi ketika seseorang memakan makanan yang lezat, melihat
sesuatu yang menarik, atau mencium aroma yang harum, sehingga dapat membuat
seseorang merasa tenang.
Dr. Lesiuk juga menemukan bahwa pilihan musik
seseorang sangatlah penting. Dalam penelitiannya ia mempersilahkan para
partisipan untuk memilih musik apapun yang mereka sukai dan mendengarkan musik
itu selama yang mereka inginkan. Mereka yang memiliki keahlian sedang dalam
pekerjaannya yang paling diuntungkan dengan musik. Sedangkan yang memiliki
keahlian paling baik atau di bawahnya tidak menunjukkan efek, dan beberapa partisipan
menemukan bahwa musik menganggu.
Jika Anda suka mendengarkan musik dengan headphone
sebaiknya Anda dapat membatasi waktu. Mendengarkan music dengan menggunakan headphone
sepanjang waktu dapat dianggap tidak sopan oleh orang-orang yang bekerja di sekitarnya.
Bisa saja ketika orang tersebut dibutuhkan oleh rekan kerjanya yang memanggil,
tapi ia tak mendengar karena sedang mendengarkan musik menggunakan headphone, sehingga
rekannya harus memanggil dengan suara keras yang mungkin dapat menganggu rekan yang
lain.
Terakhir, Dr. Sood mengatakan bahwa seseorang hanya
membutuhkan waktu 15 menit untuk meraih konsentrasi kembali dengan mendengarkan
musik. Musik tanpa lirik bekerja paling baik menurutnya dalam mengembalikan
konsentrasi.
KESIMPULAN
Lingkungan fisik
kantor yang terdiri dari pencahayaan, warna, suara, udara, dan music sangat
berpengaruh terhadap kinerja para pegawai dalam sebuah kantor. Sebagai contoh
jika di dalam kantor tersebut memiliki suara kebisingan yang tinggi maka para
pegawai akan kesulitan untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya. Selain itu dari
aspek ventilasi dan udara, jika di dalam ruangan para pegawai merasakan sesak
karena ventilasi yang tidak benar, maka akan sangat tidak nyaman bagi para
pegawai tersebut untuk terus bekerja.
Dilihat dari masalah-masalah
tersebut, peran Manajer Administrasi sangatlah penting, karena beliaulah yang
mempunyai wewenang untuk membuat lingkungan kantor nyaman untuk dijadikan
tempat bekerja. Jika Manajer Administrasi mengabaikan mengenai lingkungan fisik
kantor, maka akan terasa terhadap kinerja para pegawai yang tidak akan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
G. (2012). Manajeman TALU (Teknik Analisis Lingkungan Usaha). Jakarta:
PT Grasindo.
Cahyadi, D., &
Kurniawan, A. (2011). Pengukuran Lingkungan Fisik Kerja dan Workstation di
Kantor Pos Pusat Samarinda. Jurnal Eksis, 1931-1938.
Chaniago, H. (2013). Manajemen
Kantor Kontemporer. Bandung: CV Akbar Limas Perkasa.
Elfrina, H. P., &
Ranu, M. E. (n.d.). Pengaruh Tata Ruang Kantor dan Lingkungan Kerja terhadap
Semangat Kerja Pegawai Kantor Kecamatan Karang Pilang. 1-15.
Firdaus, O. M., &
Costa Martins, N. d. (n.d.). Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap
Aktivitas Pekerja. 5th National Industrial Engineering Conference,
484-491.
Kamarulzaman, N.,
Saleh, A. A., Hashim, S. Z., & Abdul Ghani, A. A. (2011). An Overview of
the Influence of Physical Office Environtment towards Employees. SciVerse
ScienceDirect, 262-268.
Moekijat. (1995). TATA
LAKSANA KANTOR. Bandung: Mandar Maju.
Priansa, D. J.,
Gamida, A., & Muhtarudin. (2013). Manajemen Perkantoran. Bandung:
Alfabeta.
Rahmawati. (2014). Manajemen
Perkantoran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ramadhani, S. (n.d.).
Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Semangat Kerja
Karyawan pada PT. Lembah Karet Padang. 1-7.
Sanny, L., Bebby
Cahyani, R. A., & Andhika, Y. (n.d.). Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja
dan Motivasi terhadap Kreativitas Karyawan Perum Pegadaian. 389-397.
Sedarmayanti. (2001).
Manajemen Perkantoran. Bandung: Mandar Maju.
Sukoco, B. M. (2007).
Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya: Erlangga.
Wiratama, R., Mukzam,
M. D., & Ruhana, I. (2015). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan
Lingkungan Kerja Non Fisik Terhadap Motivasi Kerja Pegawai. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 1-10.
Zane K, Q. (2001). Administrative
Office Management, Seventh Edition. Upper Saddle River: Prentice Hall,
Inc.